Kenangan yang Membekas
by: Nyimas Anabella Khairunnisa
Hari ini, hari yang telah kami sepakati, meskipun diriku tahu, bahwa hanya akulah yang akan menepati janji kami, meskipun begitu, aku tahu bahwa engkau masih mengingat janji itu, aku tahu.
Dini hari, ku berjalan menuju tempat yang telah kita sepakati, dengan perlahan, saat-saat kita berjumpa mulai muncul sedikit demi sedikit dalam benakku, aku ingat dengan pasti, tanggal, hari, waktu dan tempat kejadiannya. 8 tahun yang lalu, disaat umur kita 10 tahun, engkau datang ke depan pintu rumahku, bersama ibumu dengan membawa sekotak kue di kedua tanganmu, ibumu memberitahu ibuku tentang sesuatu, hanyalah kata, “pindah,” yang bisa kuingat, begitu lugunya diriku saat itu, aku tidak tahu apa yang sedang ibu kita lakukan, dengan mata yang berbinar-binar, engkau melihat ke arahku, tepatnya ke arah mainan yang sedang kugenggam, entah mengapa ketika mengingatnya membuatku sedikit geli. Aku berhenti sejenak melihat ke langit, matahari belum terbit, tentu saja, ini masih sangat pagi. Aku melihat ke belakang, berharap engkau mengikutiku, seperti dulu sekali, tapi itu hanya harapan.
Aku, sendirian, benar-benar keadaan yang sangat berbeda, padahal dulu kita selalu berdua, sungguh menyedihkan. Aku berjalan dengan berbagai pertanyaan dalam benakku, mengapa engkau begitu antusias dengan berbagai hal? Apa yang membuat dirimu penasaran? Ingatan perlahan muncul dengan sendirinya, saat hari pertamamu di sekolah, kita satu kelas, sungguh keajaiban, di hari pertamamu, engkau sudah menjadi pusat perhatian, dengan berbagai pertanyaan yang aneh.
“keke…” tanpa kusadari aku terkekeh. Dengan sendirinya terasa beban yang sangat berat muncul dalam benakku, janji itu, apa engkau masih mengingatnya? Itu sudah sangat lama, dengan sendirinya, kakiku berhenti melangkah, aku memandang langit, cahaya matahari telah muncul, aku berlari, dalam benakku, antara optimis dan kekecewaan telah kuredam, lagipula siapa yang peduli dia masih ingat atau tidak, air mata menetes dengan sendirinya mengaliri wajahku, aku tak bisa menahan beban ini, terlalu menyedihkan.
Akhirnya, aku sampai, di tempat kita berjanji, sambil melihat sang surya dengan berani menunjukkan dirinya, pagi hari, tepat tanggal 22 maret, hari ulang tahunku, sekaligus hari dimana kita bertemu, di tempat kenangan, alangkah bagusnya jika engkau ada disini, kawanku, sahabatku, cinta pertamaku.
Dibalik pohon muncul sosok seorang laki-laki, membawa kado di genggamannya, berjalan tepat berada di depanku, engkau muncul, dengan senyuman yang menyebalkan terpapar di atas wajahmu, aku tak percaya, engkau ada disini, aku benar-benar tidak menyangka.
“aku benar-benar membencimu, bodoh, aku benar-benar menyayangimu,” ucapku tanpa sadar, dengan air mata yang mengalir dengan deras, membasahi wajahku.
mohon kritik dan saran:
E-mail: anabellakhairunnisa03@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar